Tak punya perpustakaan bukan berarti tak punya bahan bacaan. Beginilah, setiap hari, secara bergiliran saya membawa buku-buku bacaan dari Rumah Baca Melia Shena untuk anak-anak yang sudah mulai remaja dan haus bacaan ini. Paling tidak, sepuluh buku setiap hari, dipajang di dinding yang menjadi sudut baca kelas.
Melia Shena adalah penulis novel remaja “Di Tepian Serayu”, novel “Soul of Ramadhan”, buku kumpulan puisi “Sajak-sajak Anak Bangsa”, buku kumpulan cerpen "Jejak Pengabdian", dan novel anak-anak berjudul “Misteri Liontin Giok”.
Kamis, 08 Desember 2016
Rabu, 30 November 2016
Senin, 31 Oktober 2016
Puisi Ujian Sekolah
Pagi
memanggil
Rintik
gerimis mengundang atis
Namun
bukan itu yang membuatku gigil
Selembar
uji tengah menanti
Pun
nilai hendak dikaji
Namun
aku belum siap uji
Masih
terus bermalas diri
Masa
kemarin pun enggan datang lagi
Meski
untuk benahi diri
Yang
tinggal sesal berselimut sedih
Hadapi
uji hanya bermodal nyali, bertaruh nilai
Andai
waktu bisa kembali
Ingin
ku menaruh malas di dalam peti
Lalu
kubuang, tak hendak lagi kusinggahi
Agar
tak ada lagi nilai mati
Agar
tak malu pada tempat ku berbakti
Agar
mampu kutunjukkan baktiku pada negeri
Ngantang,
4 September 2015
Rabu, 19 Oktober 2016
Sicilia, Cinta, dan Dua Aroma
Kebumen, enam belas tahun yang lalu
Perempuan berkaca mata itu terisak. Wajah pucatnya berlinang air mata saat menyerahkan bayi mungil ke tangan Mbok Darmiasih. Sissy adalah satu-satunya alasan Erika tetap hidup hingga saat ini. Tak tega rasanya memberikan putri kesayangan kepada orang lain yang kelak entah akan dapat dilihatnya lagi atau tidak.
“Namanya Sicilia Hartanti,” ucapnya. Ya, bayi mungil itu bernama sama seperti tempat dia dilahirkan, Pulau Sicilia. Erika mencium kening bayi mungil itu dan memeluk erat, seakan enggan dilepaskannya.
Erina menepuk pundaknya, mengingatkan bahwa mereka tak bisa lagi berlama-lama di tempat itu. David dan gerombolannya sudah mulai memasuki rumah sakit, sedangkan kondisi Erika belum begitu sehat sehingga harus menggunakan kursi roda.
“Ayo, Erika! Mereka sudah datang! Aku janji, kita akan kembali lagi ke sini. Untuk sementara, Sissy lebih aman jika tinggal bersama Mbok Darmi.”
Erika mengangguk pelan sambil menutup wajahnya dengan masker dan mengenakan wig. Berdua, mereka meninggalkan bayi itu dalam dekapan Mbok Darmi, seorang yang baru saja dikenalnya. Mereka berdua berharap, semoga di tangan wanita dari Desa Serayu itu kehidupan Sissy akan bisa lebih baik.
***
Erina menegakkan kerah jaketnya hingga menutupi leher. Dingin terasa menusuk tulang. Ya, dingin bulan Desember yang selalu dibencinya. Bukan hanya karena hujan. Bagi Erina, Desember bukan hanya tentang hujan dan salju. Tapi juga tentang luka.
Desember tahun ini menambah panjang daftar kesedihan Erina. Satu-satunya kerabat mengembuskan nafas terakhir di tempat asing yang tak pernah dia bayangkan sebelumnya.
“Erina, kau tahu, aku tak pernah sedikit pun peduli terhadap kehidupanku. Tak mengapa jika harus mati. Bagiku, kehidupan sudah lama pergi sejak berpisah dengan Sissy. Ah ... dia pasti tengah bahagia saat ini bersama keluarga barunya. Pesanku, Erina. Jika hari ini memang sudah tiba waktuku bertemu Sang Pencipta, aku harap kau mau menjaga Sissy baik-baik. Pastikan kehidupannya selalu aman dan damai, entah bagaimana caranya. Aku tak mau keberadaannya diketahui oleh Alfonso. Berjanjilah padaku, kau akan menjaga putri kecilku sebaik-baiknya.” Itulah pesan terakhir Erika—kakaknya—sebelum mengembuskan nafas terakhir karena terlalu banyak luka dalam menghadapi kawanan pengedar ganja di Palermo, Sisilia.
Amanah terakhir itulah yang kini membawanya ke Serayu, sebuah desa terpencil dengan akses keluar masuk yang sulit. Jarang sekali ada kendaraan umum yang menuju ke sana. Apalagi pada bulan-bulan basah seperti sekarang ini.
Setiap musim hujan tiba, satu-satunya jalan menuju ke desa itu akan tertutup lumpur tebal dari ladang brambang (bawang merah) di kiri kanan jalan. Erina lagi-lagi mengeluh. “Orang-orang serakah tak berperikemanusiaan. Cepat sekali mereka habiskan hutan lebat ini. Mereka pikir desa bisa aman dari bencana banjir jika resapan air berubah menjadi akar-akar brambang serapuh ini?”
Ya, Serayu adalah desa yang dikepung hutan dan bukit. Jalan menuju desa sejauh delapan kilometer dulunya merupakan hutan lebat yang ditumbuhi pohon jati. Namun sejak beberapa tahun terakhir, penebangan liar semakin marak, menyebabkan hutan yang dulu rindang menjadi gundul. Tanahnya yang subur dimanfaatkan penduduk untuk menanam brambang yang harganya mulai meroket.
“Apalah artinya kekayaan karena brambang, jika tempat tinggal mereka dipertaruhkan?” gumam Erina. Kekhawatiran yang beralasan. Selama ini, air hujan diserap sempurna oleh pohon-pohon di hutan. Sungai-sungai bawah tanah yang terbentuk menjadi cadangan air di musim kemarau, menghindarkan desa dari kekeringan. Juga menghindarkan desa dari musibah banjir saat musim hujan tiba.
Bagaimana kelanjutan kisah Sicilia? Baca selengkapnya di buku ini ^_^
Untuk pemesanan, hubungi aku melalui facebook Melia Shena.
Salam hangat,
Melia Shena
Perempuan berkaca mata itu terisak. Wajah pucatnya berlinang air mata saat menyerahkan bayi mungil ke tangan Mbok Darmiasih. Sissy adalah satu-satunya alasan Erika tetap hidup hingga saat ini. Tak tega rasanya memberikan putri kesayangan kepada orang lain yang kelak entah akan dapat dilihatnya lagi atau tidak.
“Namanya Sicilia Hartanti,” ucapnya. Ya, bayi mungil itu bernama sama seperti tempat dia dilahirkan, Pulau Sicilia. Erika mencium kening bayi mungil itu dan memeluk erat, seakan enggan dilepaskannya.
Erina menepuk pundaknya, mengingatkan bahwa mereka tak bisa lagi berlama-lama di tempat itu. David dan gerombolannya sudah mulai memasuki rumah sakit, sedangkan kondisi Erika belum begitu sehat sehingga harus menggunakan kursi roda.
“Ayo, Erika! Mereka sudah datang! Aku janji, kita akan kembali lagi ke sini. Untuk sementara, Sissy lebih aman jika tinggal bersama Mbok Darmi.”
Erika mengangguk pelan sambil menutup wajahnya dengan masker dan mengenakan wig. Berdua, mereka meninggalkan bayi itu dalam dekapan Mbok Darmi, seorang yang baru saja dikenalnya. Mereka berdua berharap, semoga di tangan wanita dari Desa Serayu itu kehidupan Sissy akan bisa lebih baik.
***
Erina menegakkan kerah jaketnya hingga menutupi leher. Dingin terasa menusuk tulang. Ya, dingin bulan Desember yang selalu dibencinya. Bukan hanya karena hujan. Bagi Erina, Desember bukan hanya tentang hujan dan salju. Tapi juga tentang luka.
Desember tahun ini menambah panjang daftar kesedihan Erina. Satu-satunya kerabat mengembuskan nafas terakhir di tempat asing yang tak pernah dia bayangkan sebelumnya.
“Erina, kau tahu, aku tak pernah sedikit pun peduli terhadap kehidupanku. Tak mengapa jika harus mati. Bagiku, kehidupan sudah lama pergi sejak berpisah dengan Sissy. Ah ... dia pasti tengah bahagia saat ini bersama keluarga barunya. Pesanku, Erina. Jika hari ini memang sudah tiba waktuku bertemu Sang Pencipta, aku harap kau mau menjaga Sissy baik-baik. Pastikan kehidupannya selalu aman dan damai, entah bagaimana caranya. Aku tak mau keberadaannya diketahui oleh Alfonso. Berjanjilah padaku, kau akan menjaga putri kecilku sebaik-baiknya.” Itulah pesan terakhir Erika—kakaknya—sebelum mengembuskan nafas terakhir karena terlalu banyak luka dalam menghadapi kawanan pengedar ganja di Palermo, Sisilia.
Amanah terakhir itulah yang kini membawanya ke Serayu, sebuah desa terpencil dengan akses keluar masuk yang sulit. Jarang sekali ada kendaraan umum yang menuju ke sana. Apalagi pada bulan-bulan basah seperti sekarang ini.
Setiap musim hujan tiba, satu-satunya jalan menuju ke desa itu akan tertutup lumpur tebal dari ladang brambang (bawang merah) di kiri kanan jalan. Erina lagi-lagi mengeluh. “Orang-orang serakah tak berperikemanusiaan. Cepat sekali mereka habiskan hutan lebat ini. Mereka pikir desa bisa aman dari bencana banjir jika resapan air berubah menjadi akar-akar brambang serapuh ini?”
Ya, Serayu adalah desa yang dikepung hutan dan bukit. Jalan menuju desa sejauh delapan kilometer dulunya merupakan hutan lebat yang ditumbuhi pohon jati. Namun sejak beberapa tahun terakhir, penebangan liar semakin marak, menyebabkan hutan yang dulu rindang menjadi gundul. Tanahnya yang subur dimanfaatkan penduduk untuk menanam brambang yang harganya mulai meroket.
“Apalah artinya kekayaan karena brambang, jika tempat tinggal mereka dipertaruhkan?” gumam Erina. Kekhawatiran yang beralasan. Selama ini, air hujan diserap sempurna oleh pohon-pohon di hutan. Sungai-sungai bawah tanah yang terbentuk menjadi cadangan air di musim kemarau, menghindarkan desa dari kekeringan. Juga menghindarkan desa dari musibah banjir saat musim hujan tiba.
Bagaimana kelanjutan kisah Sicilia? Baca selengkapnya di buku ini ^_^
Untuk pemesanan, hubungi aku melalui facebook Melia Shena.
Salam hangat,
Melia Shena
Senin, 08 Agustus 2016
Info Terbit Gratis Komunitas Ayo Menulis dan Goresan Pena Publishing
Assalamualaikum, Sahabat...
Sudah siap untuk kegiatan menulis tahap tiga?
Kali ini, Komunitas Ayo Menulis bekerja sama dengan Goresan pena Publishing memberikan kesempatan kepada sahabat yang berkeinginan memiliki buku sendiri ataupun berdua dengan kawan yang disukai.
Syarat dan ketentuannya:
1. Bergabung dengan grup facebook Komunitas Ayo Menulis.
2. Karya buku tunggal atau duet (maksimal empat penulis dalam satu buku)
3. Tema bebas, tidak mengandung SARA dan pornografi.
4. Bukan hasil plagiasi. Belum pernah dimuat di media lainnya.
5. Gratis biaya penerbitan (lay out, editing satu tahap, desain cover satu kali revisi, dan pendaftaran isbn ke perpusnas).
6. Penulis wajib membeli minimal 10 eksemplar bukti terbit (free ongkir, free e-piagam).
Syarat naskah:
1. Diketik di Word A4 font Arial 11 spasi 1,5 justified.
2. Minimal 50 halaman, maksimal 150 halaman.
3. Naskah boleh berupa novel, cerpen, atau puisi.
4. Kirim ke email melia.shena37@gmail.com dengan subyek sama dengan nama file: KAM(3)_Jenis Naskah_Judul_Nama Penulis
Contoh: KAM(3)_Novel_Rindu_Shena
Buku hasil kegiatan menulis ini nantinya akan dipromosikan secara online melalui facebook, instagram, dan web meliashena.blogspot.com
Tertarik? Ayo segera menulis, siapkan karya terbaik kalian...
Naskah kalian aku tunggu sampai akhir September ya... Masih ada banyak waktu. Yuk, nulis...
Sudah siap untuk kegiatan menulis tahap tiga?
Kali ini, Komunitas Ayo Menulis bekerja sama dengan Goresan pena Publishing memberikan kesempatan kepada sahabat yang berkeinginan memiliki buku sendiri ataupun berdua dengan kawan yang disukai.
Syarat dan ketentuannya:
1. Bergabung dengan grup facebook Komunitas Ayo Menulis.
2. Karya buku tunggal atau duet (maksimal empat penulis dalam satu buku)
3. Tema bebas, tidak mengandung SARA dan pornografi.
4. Bukan hasil plagiasi. Belum pernah dimuat di media lainnya.
5. Gratis biaya penerbitan (lay out, editing satu tahap, desain cover satu kali revisi, dan pendaftaran isbn ke perpusnas).
6. Penulis wajib membeli minimal 10 eksemplar bukti terbit (free ongkir, free e-piagam).
Syarat naskah:
1. Diketik di Word A4 font Arial 11 spasi 1,5 justified.
2. Minimal 50 halaman, maksimal 150 halaman.
3. Naskah boleh berupa novel, cerpen, atau puisi.
4. Kirim ke email melia.shena37@gmail.com dengan subyek sama dengan nama file: KAM(3)_Jenis Naskah_Judul_Nama Penulis
Contoh: KAM(3)_Novel_Rindu_Shena
Buku hasil kegiatan menulis ini nantinya akan dipromosikan secara online melalui facebook, instagram, dan web meliashena.blogspot.com
Tertarik? Ayo segera menulis, siapkan karya terbaik kalian...
Naskah kalian aku tunggu sampai akhir September ya... Masih ada banyak waktu. Yuk, nulis...
Kamis, 14 Juli 2016
Puisi: Lukisan Fajar
Lukisan Fajar (1)
~Melia Shena~
Semburat merah di ufuk timur
Mengundang kokok ayam jantan ; riuh
Menyambut sang fajar dengan senyumnya ramah
Menanti matahari pagi ; harapan baru sambut hari ini
Kaki-kaki kecil bangun, semarakkan pagi
Berlarian di antara semak menuju sungai
Air dingin tiada surutkan niat di hati
Mandi pagi, lalu bergegas rapikan diri
Siapkan hati, bulatkan tekad
Menuntut ilmu t’lah jadi niat
Demi masa depan gemilang
Demi nasib keluarga yang semakin mapan
Ngantang, 14 Juni 2016
~Melia Shena~
Semburat merah di ufuk timur
Mengundang kokok ayam jantan ; riuh
Menyambut sang fajar dengan senyumnya ramah
Menanti matahari pagi ; harapan baru sambut hari ini
Kaki-kaki kecil bangun, semarakkan pagi
Berlarian di antara semak menuju sungai
Air dingin tiada surutkan niat di hati
Mandi pagi, lalu bergegas rapikan diri
Siapkan hati, bulatkan tekad
Menuntut ilmu t’lah jadi niat
Demi masa depan gemilang
Demi nasib keluarga yang semakin mapan
Ngantang, 14 Juni 2016
Minggu, 10 Juli 2016
Cerpen: Seragam Kinan
“Kinan! Nanti jangan pulang dulu ya? Usai pengumuman kelulusan, kita rayakan bersama di belakang sekolah. Teman-teman sudah menyiapkan pilox juga lho,” ucap Rana.
Kinanti tertegun mendengar ucapan sahabatnya. “Bukannya kita belum tahu nantinya akan lulus atau enggak, kok sudah nyiapin pilox segala?”
“Aah… pasti lulus semua lah… Sekolah kita ini termasuk sekolah unggulan kan? Sudah pokoknya nanti jangan lupa ya, aku tunggu di belakang sekolah!” ujar Rana setengah berteriak. Anak lelaki yang sudah beranjak remaja itu berlari meninggalkan Kinanti yang masih terdiam di tempatnya, menyusul teman-temannya yang mendapat tumpangan gratis sebuah mobil pick up untuk pulang.
Kinanti belum beranjak dari tempat duduknya. Banyak hal yang berkecamuk dalam hati. Hari ini adalah hari pengumuman kelulusan SMP Negeri I tempatnya menempuh pendidikan selama tiga tahun. Kepala sekolah dan dewan guru sepakat menyampaikan pengumuman pukul 13.00, dan siswa harus didampingi oleh orangtua masing-masing. Hal tersebut untuk menghindari perilaku negatif siswa yang mungkin akan mengadakan konvoi, corat-coret seragam dan hal-hal negatif lainnya.
Tapi yang namanya remaja, selalu ada saja cara mereka untuk lepas dari pengawasan orangtua dan merayakan kelulusan dengan mencoret-coret pakaian. Hal itulah yang kini tengah dirisaukan Kinanti.
Seragam sekolah yang dipakainya sudah lusuh. Warna putihnya sudah mulai pudar sejak dia memakainya tiga tahun lalu. namun seragam itu tak pernah diganti dengan yang baru. Seragam lusuh itu yang menjadi saksi perjalanan Kinanti selama tiga tahun ini, dan Kinanti tak rela jika seragam ini nantinya harus dicoret-coret oleh kawan-kawannya.
Diliriknya jarum jam pada arloji yang melingkar di tangan kirinya. Masih pukul sepuluh seperempat. Siswa kelas sembilan hampir semuanya telah pulang ke rumah masing-masing, kembali ke sekolah lagi nanti, saat pengumuman pukul 13.00. Masih sekitar tiga jam lagi.
Waktu berlalu, Kinanti semakin gelisah. Seragam yang dikenakannya itu sangat disayanginya. Bukan hanya karena menjadi saksi perjuangannya selama tiga tahun ini. Bukan. Lebih dari itu, seragam ini adalah satu-satunya seragam peninggalan Karina, kakak semata wayangnya yang telah meninggal karena kecelakaan pada saat pulang sekolah.
Peristiwa itu terjadi empat tahun yang lalu. Hari terakhir Ujian Nasional SMP. Karina yang lincah dan cerdas telah selesai mengerjakan soal-soal ujiannya. Gembira hatinya karena semua soal yang diujikan sesuai dengan materi yang telah dipelajari dan dihapalkannya selama ini. Dengan canda tawa dia menunggu bus untuk pulang bersama kawan-kawannya. Namun malang tak dapat ditolak. Sebuah truk bermuatan berat melintas dengan cepat di depan sekolah, tepat ketika gadis manis itu menyeberang.
Karina yang malang, tubuhnya terlindas truk yang langsung melarikan diri itu. Gadis manis itu meninggal dunia seketika. Seragamnya berlumuran darah dan sobek-sobek di beberapa bagian.
Beberapa hari kemudian, pengumuman kelulusan menjadi hari paling menyedihkan di SMP Negeri I. Karina menorehkan nilai terbaik di sekolahnya, sedangkan dia sendiri telah tiada.
Seragam Karina menjadi saksi tiga tahun dia belajar di SMP. Seragam itu pula yang kini dikenakan Kinanti, menjadi saksi bisu perjuangannya menyelesaikan pendidikan dasar di SMP Negeri I. Takkan dibiarkannya anak-anak itu nanti mencoret-coret seragamnya, seragam Karina.
“Kinanti, kok belum pulang?” tanya seseorang di belakangnya. Kinanti menoleh.
“Bu Ratna? Ibu sudah mau pulang juga?” Bu Ratna adalah tetangga dekat Kinanti. Rumah beliau hanya berjarak kurang lebih dua puluh meter dari rumah Kinanti.
“Belum, Bu. Masih belum dapat bus,” jawab Kinan.
“Lho, bukannya dari tadi ada banyak bus yang lewat ke arah timur?”
“Mereka tak mau mengangkut anak berseragam, Bu. Mungkin karena kami bayar karcis hanya separuh harga.”
“Oh, iya juga ya,” gumam Bu Ratna. “Kalau begitu, ayo bareng mobil saya saja. Kita kan searah,” ajak Bu Ratna. Tapi Kinanti menolak ajakan ibu gurunya.
“Enggak usah, Bu, terima kasih. Saya nanti bisa pulang sendiri kok,” jawabnya.
“Tapi kamu mau bareng siapa sudah sepi begini?”
“Bentar lagi ada teman yang mau jemput saya kok, Bu.”
“Ya sudah, saya duluan ya… Sampai jumpa pukul satu siang nanti, Kinan!”
“Iya, Bu. Sampai jumpa!” jawab Kinan lirih.
Gadis kecil itu kemudian berdiri dari tempat duduknya, menyeberang, dan terus berjalan. Menjauhi Rana, menjauhi sekolahnya. Rasa takut kehilangan seragam itu telah menjalar ke seluruh tubuhnya. Menggigil, langkah kakinya semakin cepat menuju rerimbunan pinus di seberang jalan. Terus dan terus berlari, tak dihiraukannya onak duri melukai kaki, tak dirasakannya lelah dan gemetar di sekujur tubuhnya. “Mereka tak boleh merusak seragam ini. Seragam peninggalan Karina, seragam yang selalu ingin kupakai untuk mewujudkan impiannya sejak dulu.”
Waktu berlalu. Jarum jam menunjukkan pukul 13.00. siswa-siswi SMPN 01 telah berkumpul di aula didampingi orangtua masing-masing.
“Alhamdulillah, pada tahun ini siswa-siswa SMP Negeri 01 lulus seratus persen.” Ucapan Bapak Kepala Sekolah disambut meriah oleh seisi aula.
“Ujian Nasional tahun ini juga spesial bagi kita. Kenapa? Karena, sekali lagi, salah seorang siswa SMP ini menorehkan tinta emas, mendapat nilai terbaik di Kabupaten Malang. Siswa ini juga merupakan adik kandung dari ananda Karina almarhumah, yang dulu pernah mengharumkan nama SMP negeri ini dengan prestasinya, meski saat itu kita harus berduka karena kehilangannya. Baiklah, saya panggil saja, peraih nilai tertinggi Ujian Nasional tahun ini, Kinanti Larasati!”
Tepuk tangan bergemuruh dalam ruang berukuran seratus dua puluh meter persegi itu. Seluruh siswa mengelu-elukan nama Kinanti. Namun dia yang dinanti seluruh warga sekolah belum juga menampakkan batang hidungnya.
“Ananda Kinanti saya mohon naik ke atas podium untuk menerima penghargaan.”
Seisi aula hening, menunggu gadis mungil yang kini mendapat predikat sebagai siswi terbaik se-kabupaten. Tak ada Kinanti di sudut mana pun di ruangan itu, hanya ada seorang wanita paruh baya yang berdiri dari tempat duduknya. Bu Narmi.
“Maaf, Bapak Kepala Sekolah. Anak saya Kinanti, belum pulang dari sekolah sejak pagi tadi.”
Hening mencekam. Wajah bapak kepala sekolah pucat. Kenangan buruk masa lalu sekolah itu seakan terpampang di hadapan setiap orang. Mungkinkah sejarah berulang? Karina yang meninggal saat meraih nilai terbaik di kabupaten, dan sekarang Kinanti adiknya, menghilang di saat dia meraih nilai tertinggi.
Rana gemetar, pilox yang ada dalam genggaman dilemparkannya sejauh mungkin. “Seragam itu… Pasti Kinanti pergi karena seragamnya hendak dicoret-coret dengan pilox. Ya, itu seragam kakaknya. Seragam dengan beberapa jahitan dan warna putih yang memudar. Dia mengenakannya sejak awal masuk sekolah. Bukankah setiap siswa mendapat jatah pakaian baru? Dia tak pernah memakai seragam baru. Itu seragam Karina, kakaknya. Begitu kan, Bu Narmi?” teriaknya.
Bu Narmi terisak. “Jadi kalian semua berencana mencoret-coret seragam hari ini? Bukankah sudah ada himbauan dari sekolah agar tak ada siswa yang mencoret-coret seragamnya? Iya, Kinanti memang tak pernah memakai seragam barunya. Seragam itu sudah disumbangkannya ke panti asuhan.”
Jauh dari sekolah itu, tampak seorang gadis kecil berjalan terseok-seok di antara pasir pantai selatan. Embusan angin dan riak-riak air laut tak dihiraukannya. Yang dia tahu hanya satu, menyelamatkan seragam kakaknya dari noda dan coretan-coretan pilox. “Sudah cukup, merah darah yang menodai seragammu, Kak Karin. Tak akan kubiarkan lagi orang-orang menodai seragam ini. Tidak lagi.” Kinanti berjalan semakin jauh ke arah laut.
Tiga hari kemudian, jasad gadis mungil itu ditemukan beberapa nelayan yang sedang melaut. Ya, Kinanti ditemukan tenggelam di laut selatan dengan seragam yang anehnya tampak baru dan putih bersih. Wajahnya pun tampak tersenyum. Ah… mungkin karena dia bangga telah berhasil menyelamatkan seragam kakaknya.[]
Kinanti tertegun mendengar ucapan sahabatnya. “Bukannya kita belum tahu nantinya akan lulus atau enggak, kok sudah nyiapin pilox segala?”
“Aah… pasti lulus semua lah… Sekolah kita ini termasuk sekolah unggulan kan? Sudah pokoknya nanti jangan lupa ya, aku tunggu di belakang sekolah!” ujar Rana setengah berteriak. Anak lelaki yang sudah beranjak remaja itu berlari meninggalkan Kinanti yang masih terdiam di tempatnya, menyusul teman-temannya yang mendapat tumpangan gratis sebuah mobil pick up untuk pulang.
Kinanti belum beranjak dari tempat duduknya. Banyak hal yang berkecamuk dalam hati. Hari ini adalah hari pengumuman kelulusan SMP Negeri I tempatnya menempuh pendidikan selama tiga tahun. Kepala sekolah dan dewan guru sepakat menyampaikan pengumuman pukul 13.00, dan siswa harus didampingi oleh orangtua masing-masing. Hal tersebut untuk menghindari perilaku negatif siswa yang mungkin akan mengadakan konvoi, corat-coret seragam dan hal-hal negatif lainnya.
Tapi yang namanya remaja, selalu ada saja cara mereka untuk lepas dari pengawasan orangtua dan merayakan kelulusan dengan mencoret-coret pakaian. Hal itulah yang kini tengah dirisaukan Kinanti.
Seragam sekolah yang dipakainya sudah lusuh. Warna putihnya sudah mulai pudar sejak dia memakainya tiga tahun lalu. namun seragam itu tak pernah diganti dengan yang baru. Seragam lusuh itu yang menjadi saksi perjalanan Kinanti selama tiga tahun ini, dan Kinanti tak rela jika seragam ini nantinya harus dicoret-coret oleh kawan-kawannya.
Diliriknya jarum jam pada arloji yang melingkar di tangan kirinya. Masih pukul sepuluh seperempat. Siswa kelas sembilan hampir semuanya telah pulang ke rumah masing-masing, kembali ke sekolah lagi nanti, saat pengumuman pukul 13.00. Masih sekitar tiga jam lagi.
Waktu berlalu, Kinanti semakin gelisah. Seragam yang dikenakannya itu sangat disayanginya. Bukan hanya karena menjadi saksi perjuangannya selama tiga tahun ini. Bukan. Lebih dari itu, seragam ini adalah satu-satunya seragam peninggalan Karina, kakak semata wayangnya yang telah meninggal karena kecelakaan pada saat pulang sekolah.
Peristiwa itu terjadi empat tahun yang lalu. Hari terakhir Ujian Nasional SMP. Karina yang lincah dan cerdas telah selesai mengerjakan soal-soal ujiannya. Gembira hatinya karena semua soal yang diujikan sesuai dengan materi yang telah dipelajari dan dihapalkannya selama ini. Dengan canda tawa dia menunggu bus untuk pulang bersama kawan-kawannya. Namun malang tak dapat ditolak. Sebuah truk bermuatan berat melintas dengan cepat di depan sekolah, tepat ketika gadis manis itu menyeberang.
Karina yang malang, tubuhnya terlindas truk yang langsung melarikan diri itu. Gadis manis itu meninggal dunia seketika. Seragamnya berlumuran darah dan sobek-sobek di beberapa bagian.
Beberapa hari kemudian, pengumuman kelulusan menjadi hari paling menyedihkan di SMP Negeri I. Karina menorehkan nilai terbaik di sekolahnya, sedangkan dia sendiri telah tiada.
Seragam Karina menjadi saksi tiga tahun dia belajar di SMP. Seragam itu pula yang kini dikenakan Kinanti, menjadi saksi bisu perjuangannya menyelesaikan pendidikan dasar di SMP Negeri I. Takkan dibiarkannya anak-anak itu nanti mencoret-coret seragamnya, seragam Karina.
“Kinanti, kok belum pulang?” tanya seseorang di belakangnya. Kinanti menoleh.
“Bu Ratna? Ibu sudah mau pulang juga?” Bu Ratna adalah tetangga dekat Kinanti. Rumah beliau hanya berjarak kurang lebih dua puluh meter dari rumah Kinanti.
“Belum, Bu. Masih belum dapat bus,” jawab Kinan.
“Lho, bukannya dari tadi ada banyak bus yang lewat ke arah timur?”
“Mereka tak mau mengangkut anak berseragam, Bu. Mungkin karena kami bayar karcis hanya separuh harga.”
“Oh, iya juga ya,” gumam Bu Ratna. “Kalau begitu, ayo bareng mobil saya saja. Kita kan searah,” ajak Bu Ratna. Tapi Kinanti menolak ajakan ibu gurunya.
“Enggak usah, Bu, terima kasih. Saya nanti bisa pulang sendiri kok,” jawabnya.
“Tapi kamu mau bareng siapa sudah sepi begini?”
“Bentar lagi ada teman yang mau jemput saya kok, Bu.”
“Ya sudah, saya duluan ya… Sampai jumpa pukul satu siang nanti, Kinan!”
“Iya, Bu. Sampai jumpa!” jawab Kinan lirih.
Gadis kecil itu kemudian berdiri dari tempat duduknya, menyeberang, dan terus berjalan. Menjauhi Rana, menjauhi sekolahnya. Rasa takut kehilangan seragam itu telah menjalar ke seluruh tubuhnya. Menggigil, langkah kakinya semakin cepat menuju rerimbunan pinus di seberang jalan. Terus dan terus berlari, tak dihiraukannya onak duri melukai kaki, tak dirasakannya lelah dan gemetar di sekujur tubuhnya. “Mereka tak boleh merusak seragam ini. Seragam peninggalan Karina, seragam yang selalu ingin kupakai untuk mewujudkan impiannya sejak dulu.”
Waktu berlalu. Jarum jam menunjukkan pukul 13.00. siswa-siswi SMPN 01 telah berkumpul di aula didampingi orangtua masing-masing.
“Alhamdulillah, pada tahun ini siswa-siswa SMP Negeri 01 lulus seratus persen.” Ucapan Bapak Kepala Sekolah disambut meriah oleh seisi aula.
“Ujian Nasional tahun ini juga spesial bagi kita. Kenapa? Karena, sekali lagi, salah seorang siswa SMP ini menorehkan tinta emas, mendapat nilai terbaik di Kabupaten Malang. Siswa ini juga merupakan adik kandung dari ananda Karina almarhumah, yang dulu pernah mengharumkan nama SMP negeri ini dengan prestasinya, meski saat itu kita harus berduka karena kehilangannya. Baiklah, saya panggil saja, peraih nilai tertinggi Ujian Nasional tahun ini, Kinanti Larasati!”
Tepuk tangan bergemuruh dalam ruang berukuran seratus dua puluh meter persegi itu. Seluruh siswa mengelu-elukan nama Kinanti. Namun dia yang dinanti seluruh warga sekolah belum juga menampakkan batang hidungnya.
“Ananda Kinanti saya mohon naik ke atas podium untuk menerima penghargaan.”
Seisi aula hening, menunggu gadis mungil yang kini mendapat predikat sebagai siswi terbaik se-kabupaten. Tak ada Kinanti di sudut mana pun di ruangan itu, hanya ada seorang wanita paruh baya yang berdiri dari tempat duduknya. Bu Narmi.
“Maaf, Bapak Kepala Sekolah. Anak saya Kinanti, belum pulang dari sekolah sejak pagi tadi.”
Hening mencekam. Wajah bapak kepala sekolah pucat. Kenangan buruk masa lalu sekolah itu seakan terpampang di hadapan setiap orang. Mungkinkah sejarah berulang? Karina yang meninggal saat meraih nilai terbaik di kabupaten, dan sekarang Kinanti adiknya, menghilang di saat dia meraih nilai tertinggi.
Rana gemetar, pilox yang ada dalam genggaman dilemparkannya sejauh mungkin. “Seragam itu… Pasti Kinanti pergi karena seragamnya hendak dicoret-coret dengan pilox. Ya, itu seragam kakaknya. Seragam dengan beberapa jahitan dan warna putih yang memudar. Dia mengenakannya sejak awal masuk sekolah. Bukankah setiap siswa mendapat jatah pakaian baru? Dia tak pernah memakai seragam baru. Itu seragam Karina, kakaknya. Begitu kan, Bu Narmi?” teriaknya.
Bu Narmi terisak. “Jadi kalian semua berencana mencoret-coret seragam hari ini? Bukankah sudah ada himbauan dari sekolah agar tak ada siswa yang mencoret-coret seragamnya? Iya, Kinanti memang tak pernah memakai seragam barunya. Seragam itu sudah disumbangkannya ke panti asuhan.”
Jauh dari sekolah itu, tampak seorang gadis kecil berjalan terseok-seok di antara pasir pantai selatan. Embusan angin dan riak-riak air laut tak dihiraukannya. Yang dia tahu hanya satu, menyelamatkan seragam kakaknya dari noda dan coretan-coretan pilox. “Sudah cukup, merah darah yang menodai seragammu, Kak Karin. Tak akan kubiarkan lagi orang-orang menodai seragam ini. Tidak lagi.” Kinanti berjalan semakin jauh ke arah laut.
Tiga hari kemudian, jasad gadis mungil itu ditemukan beberapa nelayan yang sedang melaut. Ya, Kinanti ditemukan tenggelam di laut selatan dengan seragam yang anehnya tampak baru dan putih bersih. Wajahnya pun tampak tersenyum. Ah… mungkin karena dia bangga telah berhasil menyelamatkan seragam kakaknya.[]
Jumat, 13 Mei 2016
Info event terbaru Komunitas Ayo Menulis
Assalamualaikum, Sahabat...
Dibuka kegiatan menulis bersama tahap 2 bersama Komunitas Ayo Menulis, cerpen tema perempuan, puisi tema pendidikan. Syarat naskah:
Cerpen: ukuran kertas A4, font TNR 12 spasi 1,5 justified pake tabulasi. Perhatikan baik-baik untuk penggunaan EYD/EBI. Maksimal 10 halaman untuk satu judul, boleh mengirimkan 2 naskah cerpen terbaik.
Puisi: ukuran kertas A4, font TNR 12 spasi 1,5 maksimal 20 baris dalam satu judul. Boleh mengirimkan 5 naskah puisi. Kirim ke email melia.shena37@gmail.com
Jangan lupa biodata narasi dan foto terbaru kalau ada. Deadline 30 Mei 2016.
Reward 2 buku untuk 2 naskah terbaik. Seluruh kontributor mendapat e-piagam dan diskon minimal 10% untuk pembelian buku terbit.
Ayo segera kirimkan karya terbaikmu ya...
Selasa, 05 April 2016
Puisi Melia Shena: Lembah Aksara
Lembah Aksara
Oleh: Melia Shena
Harum tanah basah senandungkan kidung pilu tentang jiwa-jiwa yang merindu
Tiup dinginnya memeluk persada dalam pekat hawa berkabut
Kala senja datang membayang
Seruak rona merahnya; tebarkan aroma cemas dalam pedihnya perpisahan
Baitbait kata terurai pada tetiap sudut sepi tiada bertepi
Lantun kidung sunyi tiada dapat menawar segala nyeri
Senandungkan rindu pada kekasih hati yang entah di penjuru mana dia sembunyi
;pergi
Sesat di lembah kelam mencekam
Gigil tubuh berselimut rindu dendam
Menanti kekasih yang masih tetap saja diam
;mendekam
Larik demi larik aksara teruntai
Merajut aksara pada rinduan
Lembah aksara saksi bisu kesedihan
Hanya kekata perisai angan tak kesampaian
:benarkah ia yang tercinta, telah pulang ke keabadian?
Ngantang, 25 Maret 2016
Oleh: Melia Shena
Harum tanah basah senandungkan kidung pilu tentang jiwa-jiwa yang merindu
Tiup dinginnya memeluk persada dalam pekat hawa berkabut
Kala senja datang membayang
Seruak rona merahnya; tebarkan aroma cemas dalam pedihnya perpisahan
Baitbait kata terurai pada tetiap sudut sepi tiada bertepi
Lantun kidung sunyi tiada dapat menawar segala nyeri
Senandungkan rindu pada kekasih hati yang entah di penjuru mana dia sembunyi
;pergi
Sesat di lembah kelam mencekam
Gigil tubuh berselimut rindu dendam
Menanti kekasih yang masih tetap saja diam
;mendekam
Larik demi larik aksara teruntai
Merajut aksara pada rinduan
Lembah aksara saksi bisu kesedihan
Hanya kekata perisai angan tak kesampaian
:benarkah ia yang tercinta, telah pulang ke keabadian?
Ngantang, 25 Maret 2016
Selasa, 29 Maret 2016
Lembah Aksara: kumpulan prosa dan puisi pilihan
Assalamualaikum, Sahabat...
Dibuka pre order buku hasil event perdana Komunitas Ayo Menulis.
Judul: Lembah Aksara
Penulis: Sahabat KAM, 2016
Penerbit: Goresan Pena
ISBN: 978-602-364-083-6
Tebal: viii + 186 hal ; 13x19 cm
Harga umum: Rp. 45.000,- (belum ongkir)
Harga penulis: Rp. 40.000,- (belum ongkir)
Penulis juga bisa memesan piagam cetak dengan harga Rp. 7.000,-
Untuk pemesanan, silakan inbox akun Melia Shena.
"Larik demi larik aksara teruntai
Merajut aksara pada rinduan
Lembah aksara saksi bisu kesedihan
Hanya kekata perisai angan tak kesampaian
:benarkah ia yang tercinta, telah pulang ke keabadian?"
Dibuka pre order buku hasil event perdana Komunitas Ayo Menulis.
Judul: Lembah Aksara
Penulis: Sahabat KAM, 2016
Penerbit: Goresan Pena
ISBN: 978-602-364-083-6
Tebal: viii + 186 hal ; 13x19 cm
Harga penulis: Rp. 40.000,- (belum ongkir)
Penulis juga bisa memesan piagam cetak dengan harga Rp. 7.000,-
Untuk pemesanan, silakan inbox akun Melia Shena.
"Larik demi larik aksara teruntai
Merajut aksara pada rinduan
Lembah aksara saksi bisu kesedihan
Hanya kekata perisai angan tak kesampaian
:benarkah ia yang tercinta, telah pulang ke keabadian?"
Senin, 28 Maret 2016
Puisi Melia Shena: Munajat Rindu
Munajat Rindu
~Melia Shena~
Senja ini, langit masih sama seperti senja tiga puluh enam bulan yang lalu
Ketika merahnya menggurat kepedihan mendalam, perih hingga ke dasar kalbu
Merah yang sama, menggeliatkan ingatan tentang kekasih yang telah bertahta nun jauh di antara tingginya langit biru
Tak tersentuh oleh pilu, tak terjangkau oleh rindu
Hanya ribuan dedoa yang dapat menghampir ke atas sana
Menuju gugusan keabadian
Munajat rindu yang selalu terlantun
Merenda harap agar dia kekal dalam damai di alam sana
Meski tiada bersua, biarlah asalkan dia bahagia
Ngantang, 29 Maret 2016
~Melia Shena~
Senja ini, langit masih sama seperti senja tiga puluh enam bulan yang lalu
Ketika merahnya menggurat kepedihan mendalam, perih hingga ke dasar kalbu
Merah yang sama, menggeliatkan ingatan tentang kekasih yang telah bertahta nun jauh di antara tingginya langit biru
Tak tersentuh oleh pilu, tak terjangkau oleh rindu
Hanya ribuan dedoa yang dapat menghampir ke atas sana
Menuju gugusan keabadian
Munajat rindu yang selalu terlantun
Merenda harap agar dia kekal dalam damai di alam sana
Meski tiada bersua, biarlah asalkan dia bahagia
Ngantang, 29 Maret 2016
Sabtu, 12 Maret 2016
Daftar Buku Baru Melia Shena
Assalamualaikum...
Bagi para sahabat yang ingin memiliki buku-buku hasil karyaku, langsung saja kirim email ke melia.shena37@gmail.com atau bisa inbox akun facebook-ku Melia Shena. Kalian juga bisa melakukan pemesanan via bbm pin 5BA53311.
Berikut ini daftar buku yang telah terbut hingga Februari 2016:
1. Novel remaja Di Tepian Serayu by Melia Shena, 2015
Harga: Rp. 35.000,-
2. Kumpulan kisah selama Ramadhan tahun lalu, terangkum dalam novel Soul of Ramadhan
Harga: Rp. 33.000,-
3. Buku kumpulan puisi Sajak-sajak Anak Bangsa, hasil karya selama bulan Agustus 2015 bersama siswa-siswi SDN Sidodadi 01 Ngantang, dengan penulis tamu Fileski.
Harga:Rp.30.000,-
4. Novel anak-anak Misteri Liontin Giok by Melia Shena, 2016
Harga: Rp. 35.000,-
5. Kumpulan cerita pendek seputar dunia pendidikan Jejak Pengabdian
Harga: Rp. 37.000,-
Bagi para sahabat yang ingin memiliki buku-buku hasil karyaku, langsung saja kirim email ke melia.shena37@gmail.com atau bisa inbox akun facebook-ku Melia Shena. Kalian juga bisa melakukan pemesanan via bbm pin 5BA53311.
Berikut ini daftar buku yang telah terbut hingga Februari 2016:
1. Novel remaja Di Tepian Serayu by Melia Shena, 2015
Harga: Rp. 35.000,-
2. Kumpulan kisah selama Ramadhan tahun lalu, terangkum dalam novel Soul of Ramadhan
Harga: Rp. 33.000,-
3. Buku kumpulan puisi Sajak-sajak Anak Bangsa, hasil karya selama bulan Agustus 2015 bersama siswa-siswi SDN Sidodadi 01 Ngantang, dengan penulis tamu Fileski.
Harga:Rp.30.000,-
4. Novel anak-anak Misteri Liontin Giok by Melia Shena, 2016
Harga: Rp. 35.000,-
5. Kumpulan cerita pendek seputar dunia pendidikan Jejak Pengabdian
Harga: Rp. 37.000,-
Selasa, 08 Maret 2016
Artikel : Mengatasi Post Power Syndrome pada Masa Pensiun
Tahun baru tentunya memberikan harapan baru untuk dapat meraih segala hal yang mungkin masih belum tercapai pada tahun-tahun sebelumnya. Kesejahteraan yang meningkat, siswa-siswi yang semakin bagus nilainya di sekolah, atau harapan untuk dapat diangkat menjadi pegawai negeri bagi rekan-rekan guru wiyata bakti.
Namun tak bisa dipungkiri, tahun 2016 yang baru saja berjalan ini membawa keresahan bagi beberapa orang yang sudah mendekati masa purna tugas atau pensiun.
Dilansir dari berita yang tersebar di berbagai media massa dan situs-situs pendidikan, ledakan pensiun guru SD terjadi mulai tahun 2012 sampai dengan tahun 2020. Hal tersebut terjadi karena adanya penggalakan SD inpres pada masa Orde Baru, sekitar tahun 1970-an sampai dengan tahun 1980-an. Adanya SD-SD inpres tersebut membutuhkan banyak guru yang rata-rata diambil dari SPG (Sekolah Pendidikan Guru). Dengan demikian, usia bapak ibu guru yang diangkat pada masa-masa itu saat ini telah memasuki masa purna tugas atau yang lazim disebut dengan masa pensiun.
Masa pensiun adalah masa ketika seseorang sudah tidak bekerja lagi karena telah habis masa tugasnya. Masa pensiun bisa menjadi masa-masa yang menyenangkan, namun bisa juga menjadi momok yang menakutkan bagi sebagian orang. Kehilangan rutinitas yang biasa dijalani sehari-hari, tidak lagi bertemu dan bercanda dengan rekan-rekan kerja yang telah bergaul akrab selama ini, tidak mendengar canda tawa anak-anak sekolah di dalam kelas, tentunya menjadi beban tersendiri dalam hati seorang guru yang usianya telah mendekati masa pensiun. Hal tersebut biasa disebut dengan post power syndrome.
Post power syndrome adalah suatu keadaan yang terjadi akibat seseorang hidup dalam kebesaran bayang–bayang masa lalu, misalnya berupa jabatan, karier, kecerdasan, kepemimpinan, atau hal lainnya, dan belum dapat menerima kenyataan yang ada saat ini. Hal tersebut tentunya menimbulkan dampak negatif terhadap kesehatan fisik maupun mentalnya.
Gangguan fisik yang terjadi misalnya: wajah tampak lesu, suram dan terlihat lebih tua. Bisa juga orang tersebut akan sakit–sakitan apabila beban pikiran tentang kesepian dan kehilangan begitu dalam.
Gangguan mental atau emosional yang dapat diamati misalnya: mudah tersinggung, pemurung, cenderung menarik diri dari pergaulan, tidak suka dibantah. Akibatnya bisa bermacam-macam. Orang tersebut akan menjadi seorang yang pendiam, atau sebaliknya menjadi senang bicara tentang kehebatan dirinya di masa lalu, senang menyerang pendapat orang, tidak mau kalah, dan menunjukkan kemarahan baik di rumah maupun di tempat umum.
Lantas bagaimana caranya mengatasi post power syndrome? Ada beberapa hal yang dapat dilakukan dalam masa purna tugas atau mungkin perlu dipersiapkan sebelum masa pensiun tiba.
Pertama, siapkan hati agar ikhlas menjalani hari-hari kelak yang mungkin akan lebih sepi tanpa kehadian rekan-rekan kerja dan anak-anak sekolah yang biasa mewarnai hari dengan canda tawa mereka. Menyadari bahwa segala sesuatu yang ada di dunia ini adalah sementara dan tak ada yang kekal abadi akan membuat kita lebih ikhlas dalam menghadapi hari tua.
Kedua, menyibukkan diri dengan segala hal yang positif dan bermanfaat tak selalu terkenang akan masa-masa saat masih aktif bekerja. Hanya mengenang masa yang telah berlalu akan dapat menimbulkan perasaan sedih dan depresi. Hal-hal positif yang dapat dilakukan misalnya: bertanam, beternak ayam, membuat kolam ikan di belakang rumah, membuat keterampilan, menulis cerita, bergabung dengan organisasi sosial, atau kegemaran apapun yang mungkin dulu pernah tertunda karena adanya kesibukan dalam bekerja.
Ketiga, mendekatkan diri kepada Tuhan dan menjalani pola hidup sehat akan menjauhkan kita dari segala dampak negatif. Pikiran yang tenang dan damai akan membuat kondisi fisik tetap awet muda dan senantiasa berseri serta terhindar dari bermacam penyakit.
Masa pensiun adalah masa-masa paling menyenangkan jika bisa dilewatkan dengan anak cucu. Namun jika anak-anak dan cucu telah tinggal di luar kota, masa tua masih tetap menyenangkan apabila kita mempunyai kegiatan-kegiatan bersama keluarga terdekat atau tetangga.
Namun tak bisa dipungkiri, tahun 2016 yang baru saja berjalan ini membawa keresahan bagi beberapa orang yang sudah mendekati masa purna tugas atau pensiun.
Dilansir dari berita yang tersebar di berbagai media massa dan situs-situs pendidikan, ledakan pensiun guru SD terjadi mulai tahun 2012 sampai dengan tahun 2020. Hal tersebut terjadi karena adanya penggalakan SD inpres pada masa Orde Baru, sekitar tahun 1970-an sampai dengan tahun 1980-an. Adanya SD-SD inpres tersebut membutuhkan banyak guru yang rata-rata diambil dari SPG (Sekolah Pendidikan Guru). Dengan demikian, usia bapak ibu guru yang diangkat pada masa-masa itu saat ini telah memasuki masa purna tugas atau yang lazim disebut dengan masa pensiun.
Masa pensiun adalah masa ketika seseorang sudah tidak bekerja lagi karena telah habis masa tugasnya. Masa pensiun bisa menjadi masa-masa yang menyenangkan, namun bisa juga menjadi momok yang menakutkan bagi sebagian orang. Kehilangan rutinitas yang biasa dijalani sehari-hari, tidak lagi bertemu dan bercanda dengan rekan-rekan kerja yang telah bergaul akrab selama ini, tidak mendengar canda tawa anak-anak sekolah di dalam kelas, tentunya menjadi beban tersendiri dalam hati seorang guru yang usianya telah mendekati masa pensiun. Hal tersebut biasa disebut dengan post power syndrome.
Post power syndrome adalah suatu keadaan yang terjadi akibat seseorang hidup dalam kebesaran bayang–bayang masa lalu, misalnya berupa jabatan, karier, kecerdasan, kepemimpinan, atau hal lainnya, dan belum dapat menerima kenyataan yang ada saat ini. Hal tersebut tentunya menimbulkan dampak negatif terhadap kesehatan fisik maupun mentalnya.
Gangguan fisik yang terjadi misalnya: wajah tampak lesu, suram dan terlihat lebih tua. Bisa juga orang tersebut akan sakit–sakitan apabila beban pikiran tentang kesepian dan kehilangan begitu dalam.
Gangguan mental atau emosional yang dapat diamati misalnya: mudah tersinggung, pemurung, cenderung menarik diri dari pergaulan, tidak suka dibantah. Akibatnya bisa bermacam-macam. Orang tersebut akan menjadi seorang yang pendiam, atau sebaliknya menjadi senang bicara tentang kehebatan dirinya di masa lalu, senang menyerang pendapat orang, tidak mau kalah, dan menunjukkan kemarahan baik di rumah maupun di tempat umum.
Lantas bagaimana caranya mengatasi post power syndrome? Ada beberapa hal yang dapat dilakukan dalam masa purna tugas atau mungkin perlu dipersiapkan sebelum masa pensiun tiba.
Pertama, siapkan hati agar ikhlas menjalani hari-hari kelak yang mungkin akan lebih sepi tanpa kehadian rekan-rekan kerja dan anak-anak sekolah yang biasa mewarnai hari dengan canda tawa mereka. Menyadari bahwa segala sesuatu yang ada di dunia ini adalah sementara dan tak ada yang kekal abadi akan membuat kita lebih ikhlas dalam menghadapi hari tua.
Kedua, menyibukkan diri dengan segala hal yang positif dan bermanfaat tak selalu terkenang akan masa-masa saat masih aktif bekerja. Hanya mengenang masa yang telah berlalu akan dapat menimbulkan perasaan sedih dan depresi. Hal-hal positif yang dapat dilakukan misalnya: bertanam, beternak ayam, membuat kolam ikan di belakang rumah, membuat keterampilan, menulis cerita, bergabung dengan organisasi sosial, atau kegemaran apapun yang mungkin dulu pernah tertunda karena adanya kesibukan dalam bekerja.
Ketiga, mendekatkan diri kepada Tuhan dan menjalani pola hidup sehat akan menjauhkan kita dari segala dampak negatif. Pikiran yang tenang dan damai akan membuat kondisi fisik tetap awet muda dan senantiasa berseri serta terhindar dari bermacam penyakit.
Masa pensiun adalah masa-masa paling menyenangkan jika bisa dilewatkan dengan anak cucu. Namun jika anak-anak dan cucu telah tinggal di luar kota, masa tua masih tetap menyenangkan apabila kita mempunyai kegiatan-kegiatan bersama keluarga terdekat atau tetangga.
Kesehatan, Salah Satu Kunci Kesuksesan
Di era modern seperti saat ini, semua orang saling berpacu untuk meraih kesuksesan dalam hidupnya. Bukan hanya para ilmuwan, tenaga ahli, para pejabat, ataupun para pengusaha saja. Semua orang baik yang berasal dari lapisan atas, tengah, maupun bawah, masing-masing berlomba untuk bisa meraih yang terbaik dalam kehidupan mereka.
Kesehatan menjadi salah satu syarat utama yang harus dipenuhi dalam upaya mencapai kesuksesan tersebut. Mengapa demikian? Karena apabila tubuh kita sehat, maka akan banyak hal yang dapat kita lakukan. Misalnya saja dalam menghadapi ujian sekolah ataupun kerja. Ketika kita berada dalam kondisi yang fit, pasti hasil yang dicapai juga akan lebih baik daripada saat kita melakukannya dalam keadaan sakit.
Tubuh kita merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan. Apabila salah satu bagian sakit, maka bagian tubuh yang lain pun akan terganggu kerjanya. Misalnya saja ketika kita sakit gigi. Bukankah hanya satu bagian kecil saja yang sakit? Namun seluruh tubuh kita menjadi terasa sakit juga, bahkan berkonsentrasi terhadap suatu pekerjaan pun menjadi hal yang sulit dilakukan.
Bukan hanya jasmani, kesehatan rohani pun ikut menentukan kesuksesan seseorang dalam hidup. Misalnya, ketika seseorang merasa tidak terpenuhi kebutuhannya hingga menjadikannya stres atau bahkan depresi, maka segala hal yang akan dilakukannya tidak akan dapat mencapai hasil yang maksimal.
Lantas bagaimana cara agar kita dapat selalu menjaga keseimbangan antara kesehatan jasmani dan rohani? Kebiasaan sehari-hari yang kita lakukan adalah kuncinya. Kesehatan merupakan aset berharga yang seringkali kita lupakan karena segala rutinitas yang kita jalani sehari-hari. Adakalanya, rutinitas yang kita lakukan tersebut berdampak negatif terhadap kesehatan, sementara kita tidak menyadarinya.
Beberapa kebiasaan yang sepele namun dapat menghambat kita dalam meraih kesuksesan antara lain :
Membaca sambil tiduran.
Membaca sambil tiduran memang terasa menyenangkan karena dengan begitu, kita bisa mengistirahatkan tubuh yang lelah setelah seharian bekerja. Namun jika hal tersebut menjadi suatu kebiasaan, maka akan menimbulkan gangguan pada mata kita. Tentunya, hal tersebut juga akan berpengaruh negatif pada pekerjaan kita.
Makan dan minum sambil berdiri.
Ilmu kedokteran modern telah membuktikan bahwa makan dan minum dalam keadaan berdiri menyebabkan makanan dan minuman tersebut berjatuhan dengan keras pada dasar lambung dan menumbuknya, menjadikan lambung kendor dan pencernaan terganggu. Pada akhirnya, dinding lambung pun luka.
Malas.
Malas adalah salah satu kebiasaan yang paling buruk dan paling berbahaya yang harus kita hindari. Misalnya : malas gosok gigi setelah makan dan menjelang tidur akan menyebabkan masalah serius pada gigi. Malas bangun pagi juga menimbulkan dampak kurang baik bagi kesehatan. Padahal, begitu banyak manfaat yang bisa kita dapatkan dengan bangun pagi, antara lain : tubuh terasa lebih segar, melancarkan peredaran darah, meningkatkan daya ingat, otak berfungsi maksimal, meningkatkan kesehatan jantung dan paru-paru, menjaga kesehatan tulang, dan masih banyak lagi manfaat lainnya. Tentu saja, semua itu bisa didapatkan bukan hanya dari sekedar bangun pagi kemudian langsung duduk di depan komputer atau laptop. Semua manfaat bangun pagi didapatkan apabila kita melakukan rutinitas pagi yang bermanfaat pula, yaitu ; sholat Subuh, olahraga, menyiapkan segala sesuatu yang hendak dilakukan hari ini sebaik-baiknya, dan juga membaca.
Kesehatan menjadi salah satu syarat utama yang harus dipenuhi dalam upaya mencapai kesuksesan tersebut. Mengapa demikian? Karena apabila tubuh kita sehat, maka akan banyak hal yang dapat kita lakukan. Misalnya saja dalam menghadapi ujian sekolah ataupun kerja. Ketika kita berada dalam kondisi yang fit, pasti hasil yang dicapai juga akan lebih baik daripada saat kita melakukannya dalam keadaan sakit.
Tubuh kita merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan. Apabila salah satu bagian sakit, maka bagian tubuh yang lain pun akan terganggu kerjanya. Misalnya saja ketika kita sakit gigi. Bukankah hanya satu bagian kecil saja yang sakit? Namun seluruh tubuh kita menjadi terasa sakit juga, bahkan berkonsentrasi terhadap suatu pekerjaan pun menjadi hal yang sulit dilakukan.
Bukan hanya jasmani, kesehatan rohani pun ikut menentukan kesuksesan seseorang dalam hidup. Misalnya, ketika seseorang merasa tidak terpenuhi kebutuhannya hingga menjadikannya stres atau bahkan depresi, maka segala hal yang akan dilakukannya tidak akan dapat mencapai hasil yang maksimal.
Lantas bagaimana cara agar kita dapat selalu menjaga keseimbangan antara kesehatan jasmani dan rohani? Kebiasaan sehari-hari yang kita lakukan adalah kuncinya. Kesehatan merupakan aset berharga yang seringkali kita lupakan karena segala rutinitas yang kita jalani sehari-hari. Adakalanya, rutinitas yang kita lakukan tersebut berdampak negatif terhadap kesehatan, sementara kita tidak menyadarinya.
Beberapa kebiasaan yang sepele namun dapat menghambat kita dalam meraih kesuksesan antara lain :
Membaca sambil tiduran.
Membaca sambil tiduran memang terasa menyenangkan karena dengan begitu, kita bisa mengistirahatkan tubuh yang lelah setelah seharian bekerja. Namun jika hal tersebut menjadi suatu kebiasaan, maka akan menimbulkan gangguan pada mata kita. Tentunya, hal tersebut juga akan berpengaruh negatif pada pekerjaan kita.
Makan dan minum sambil berdiri.
Ilmu kedokteran modern telah membuktikan bahwa makan dan minum dalam keadaan berdiri menyebabkan makanan dan minuman tersebut berjatuhan dengan keras pada dasar lambung dan menumbuknya, menjadikan lambung kendor dan pencernaan terganggu. Pada akhirnya, dinding lambung pun luka.
Malas.
Malas adalah salah satu kebiasaan yang paling buruk dan paling berbahaya yang harus kita hindari. Misalnya : malas gosok gigi setelah makan dan menjelang tidur akan menyebabkan masalah serius pada gigi. Malas bangun pagi juga menimbulkan dampak kurang baik bagi kesehatan. Padahal, begitu banyak manfaat yang bisa kita dapatkan dengan bangun pagi, antara lain : tubuh terasa lebih segar, melancarkan peredaran darah, meningkatkan daya ingat, otak berfungsi maksimal, meningkatkan kesehatan jantung dan paru-paru, menjaga kesehatan tulang, dan masih banyak lagi manfaat lainnya. Tentu saja, semua itu bisa didapatkan bukan hanya dari sekedar bangun pagi kemudian langsung duduk di depan komputer atau laptop. Semua manfaat bangun pagi didapatkan apabila kita melakukan rutinitas pagi yang bermanfaat pula, yaitu ; sholat Subuh, olahraga, menyiapkan segala sesuatu yang hendak dilakukan hari ini sebaik-baiknya, dan juga membaca.
Jumat, 04 Maret 2016
Artikel : Manfaat Coklat untuk Mengatasi Writer's Block
Seorang penulis terbiasa menghabiskan waktu berjam-jam di depan sebuah PC atau laptop, berkutat dengan serangkaian event dan juga naskah-naskah yang mungkin harus segera diselesaikan. Karena itu, tak jarang seorang penulis mengalami kejenuhan, pening, hingga kemudian susah berkonsentrasi. Yang terburuk dari semua itu adalah ketika kejenuhan sudah sampai puncaknya, seorang penulis dapat terserang writer’s block hingga tak mampu menghasilkan karya yang bagus. Sekedar informasi, writer’s block adalah sebuah gejala di mana seseorang kehilangan kemampuannya dalam memulai atau melanjutkan cerita yang telah ditulisnya. Hal tersebut bisa bersifat sementara (dalam jangka waktu pendek), namun bisa juga terjadi dalam waktu lama, bahkan bisa bertahun-tahun.
Agar tak terjadi kejenuhan dan hal-hal yang bersifat fatal lainnya, ada baiknya seorang penulis meluangkan waktu untuk beranjak meski hanya sebentar dari hadapan layar komputer. Mengistirahatkan mata dan otak dengan cara tidur sebentar, jalan-jalan ke lingkungan sekeliling sambil melihat hijaunya rerumputan dan pohon-pohon rindang, hal-hal tersebut bisa menjadi salah satu alternatif untuk menghilangkan kejenuhan sekaligus mengalihkan sejenak mata dari kedipan kursor di layar PC atau laptop.
Apabila situasi tak memungkinkan untuk tidur ataupun jalan-jalan, cobalah untuk membuat secangkir cokelat hangat. Kenapa cokelat? Cokelat dipercaya dapat menghilangkan kejenuhan, stres, dan dapat menimbulkan perasaan tenang dan bahagia. Kandungan phenylethylamine yang terdapat dalam cokelat dapat meningkatkan serapan triptofan ke dalam otak yang kemudian menghasilkan dopamine. Dopamine inilah yang kemudian bisa menimbulkan perasaan senang dan memperbaiki suasana hati.
Ada banyak manfaat cokelat. Selain dapat menghilangkan stres dan kejenuhan, kandungan kafein yang terdapat dalam cokelat juga dapat membuat kita tidak mudah terserang kantuk, terutama ketika menghadapi deadline sebuah event menulis atau pekerjaan lainnya.
Kandungan asam lemak tak jenuh yang ada dalam cokelat juga baik bagi kesehatan jantung kita. Zat tersebut dapat menghambat oksidasi kolesterol jahat dan meningkatkan fungsi kekebalan tubuh, sehingga dapat mencegah resiko penyakit jantung koroner dan kanker.
Makan cokelat bisa menimbulkan jerawat dan kegemukan? Itu hanya mitos. Faktanya, penyebab jerawat dan kegemukan sebenarnya adalah pola makan yang tidak teratur dan pengaruh hormon. Stres dapat menimbulkan jerawat. Jika cokelat dapat membuat kita merasa nyaman dan terhindar dari stres, tentunya jerawat juga akan jauh dari kita. Pastinya, semua itu dilakukan dalam batas-batas yang wajar.
Mengonsumsi cokelat baik untuk kesehatan, namun jangan berlebihan, apalagi cokelat batangan yang sudah bercampur dengan gula, susu, vanila, dan bahan-bahan lain. Bisa jadi, zat-zat tambahan itulah yang menyebabkan dampak negatif cokelat bagi kesehatan tubuh.
Agar tak terjadi kejenuhan dan hal-hal yang bersifat fatal lainnya, ada baiknya seorang penulis meluangkan waktu untuk beranjak meski hanya sebentar dari hadapan layar komputer. Mengistirahatkan mata dan otak dengan cara tidur sebentar, jalan-jalan ke lingkungan sekeliling sambil melihat hijaunya rerumputan dan pohon-pohon rindang, hal-hal tersebut bisa menjadi salah satu alternatif untuk menghilangkan kejenuhan sekaligus mengalihkan sejenak mata dari kedipan kursor di layar PC atau laptop.
Apabila situasi tak memungkinkan untuk tidur ataupun jalan-jalan, cobalah untuk membuat secangkir cokelat hangat. Kenapa cokelat? Cokelat dipercaya dapat menghilangkan kejenuhan, stres, dan dapat menimbulkan perasaan tenang dan bahagia. Kandungan phenylethylamine yang terdapat dalam cokelat dapat meningkatkan serapan triptofan ke dalam otak yang kemudian menghasilkan dopamine. Dopamine inilah yang kemudian bisa menimbulkan perasaan senang dan memperbaiki suasana hati.
Ada banyak manfaat cokelat. Selain dapat menghilangkan stres dan kejenuhan, kandungan kafein yang terdapat dalam cokelat juga dapat membuat kita tidak mudah terserang kantuk, terutama ketika menghadapi deadline sebuah event menulis atau pekerjaan lainnya.
Kandungan asam lemak tak jenuh yang ada dalam cokelat juga baik bagi kesehatan jantung kita. Zat tersebut dapat menghambat oksidasi kolesterol jahat dan meningkatkan fungsi kekebalan tubuh, sehingga dapat mencegah resiko penyakit jantung koroner dan kanker.
Makan cokelat bisa menimbulkan jerawat dan kegemukan? Itu hanya mitos. Faktanya, penyebab jerawat dan kegemukan sebenarnya adalah pola makan yang tidak teratur dan pengaruh hormon. Stres dapat menimbulkan jerawat. Jika cokelat dapat membuat kita merasa nyaman dan terhindar dari stres, tentunya jerawat juga akan jauh dari kita. Pastinya, semua itu dilakukan dalam batas-batas yang wajar.
Mengonsumsi cokelat baik untuk kesehatan, namun jangan berlebihan, apalagi cokelat batangan yang sudah bercampur dengan gula, susu, vanila, dan bahan-bahan lain. Bisa jadi, zat-zat tambahan itulah yang menyebabkan dampak negatif cokelat bagi kesehatan tubuh.
Rabu, 02 Maret 2016
Info Buku Terbaru : Jejak Pengabdian
Jejak Pengabdian
By Melia Fitriani, 2016
Setting dan Layout : Goresan Pena Publishing
Desain Sampul : C. I. Wungkul
ISBN : 978-602-364-075-1
Cet. I, Maret 2016
viii + 157 hlm. ; 13 x 19 cm
Harga: Rp. 37.000,- (belum ongkir)
Diterbitkan Oleh :
Goresan Pena
Jl. Jami no. 230 Sindangjawa – Kadugede - Kuningan – Jawa Barat 45561
Untuk pemesanan buku, bisa via inbox akun facebook Melia Shena atau ping me di 5BA53311
Blurb:
Jika kau masih berpikir tentang untung rugi, maka dunia pendidikan ini belum pantas untuk kau singgahi, Rena. Menjadi guru wiyata bakti adalah salah satu wujud pengabdian pada bangsa. Dalam pengabdian tersebut tak ada untung rugi. Jangan pula kau pikirkan apa yang akan kau dapatkan sebagai imbalannya, karena pengabdian adalah tentang memberi. Ibarat lilin, yang merelakan dirinya meleleh asalkan lingkungan sekitarnya mendapatkan cahayanya, seperti itulah pengabdian kita. Ibarat matahari yang mampu memberi terangnya di seluruh mayapada, seperti itulah pekerjaan yang harus kita lakukan. Ibarat sumur yang airnya tak pernah habis meski selalu ditimba, seperti itu pula harusnya ilmu yang kita miliki.
By Melia Fitriani, 2016
Setting dan Layout : Goresan Pena Publishing
Desain Sampul : C. I. Wungkul
ISBN : 978-602-364-075-1
Cet. I, Maret 2016
viii + 157 hlm. ; 13 x 19 cm
Harga: Rp. 37.000,- (belum ongkir)
Goresan Pena
Jl. Jami no. 230 Sindangjawa – Kadugede - Kuningan – Jawa Barat 45561
Untuk pemesanan buku, bisa via inbox akun facebook Melia Shena atau ping me di 5BA53311
Blurb:
Jika kau masih berpikir tentang untung rugi, maka dunia pendidikan ini belum pantas untuk kau singgahi, Rena. Menjadi guru wiyata bakti adalah salah satu wujud pengabdian pada bangsa. Dalam pengabdian tersebut tak ada untung rugi. Jangan pula kau pikirkan apa yang akan kau dapatkan sebagai imbalannya, karena pengabdian adalah tentang memberi. Ibarat lilin, yang merelakan dirinya meleleh asalkan lingkungan sekitarnya mendapatkan cahayanya, seperti itulah pengabdian kita. Ibarat matahari yang mampu memberi terangnya di seluruh mayapada, seperti itulah pekerjaan yang harus kita lakukan. Ibarat sumur yang airnya tak pernah habis meski selalu ditimba, seperti itu pula harusnya ilmu yang kita miliki.
Selasa, 01 Maret 2016
Puisi: Kedip Kecil di Belantara Sunyi
Temaram senja menaungi desa
Sunyi menggigit setiap asaMengundang hampa; tiada rasa hendak meronta
Sedang rindu pada aksara tak lagi terperi
Sedang tatap gemilang masa depan semakin jauh berlari
Tinggallah sendiri ;berkarib sepi
Kembara angan menuju rimba pengetahuan
Di mana setiap belukarnya adalah sajak untuk sampai padaNya
Sajaksajak cinta yang terangkum dalam setiap hijaiyah
Jangan biarkan gelapmu kuasa
Mengukir hati dengan jahiliyahnya
Meredam setiap takwa yang masih menyala
Ayolah, nyalakan lentera ilmumu
Biarpun hanya kedip kecil
Biasnya akan menuntun langkahmu
Ngantang, 2 September 2015
Sinopsis Novel: Di Tepian Serayu
Suara-suara itu masih jelas terdengar di sekelilingnya. Gemericik air dan kicau burung gereja. Harum tanah basah dan embun dedaunan pun seolah memberitahu di mana kini ia berada. Namun, entah kenapa matanya tak mau terbuka. Seolah ada sesuatu yang begitu lekat menutupi kelopaknya hingga tak mampu dilihatnya tempat ini.
Keheningan yang mendadak menyergap pun akhirnya hanya menyisakan rasa takut baginya.
Di mana aku sekarang?
Kenapa tak mampu kulihat tempat asing ini?
Kenapa tak ada suara seorang pun terdengar?
Kenapa aku bahkan tak mampu berteriak?
Mungkinkah gemericik air, kicau burung gereja dan harum tanah basah ini semua hanya mimpi yang menghampiri tatkala tubuh rasa penat di malam hari yang gelap? Hingga tak ada sesuatu pun yang mampu dilakukannya?
Sissy adalah seorang gadis yang penuh dengan rasa penasaran tentang dunia, lingkungan sekitar, dan juga tentang dirinya sendiri. Melanjutkan sekolah di sebuah SMA swasta, dia berkenalan dengan teman-teman yang akhirnya menjadi sahabat sejatinya. Bersama, mereka berpetualang dalam mengungkap misteri yang terjadi di Desa Serayu, desa di mana Sissy menghabiskan masa kecilnya.
Ingin tahu kelanjutannya? Dapatkan buku ini melalui inbox akun facebook Melia Shena atau melalui BBM pin 5BA53311.
Keheningan yang mendadak menyergap pun akhirnya hanya menyisakan rasa takut baginya.
Di mana aku sekarang?
Kenapa tak mampu kulihat tempat asing ini?
Kenapa tak ada suara seorang pun terdengar?
Kenapa aku bahkan tak mampu berteriak?
Mungkinkah gemericik air, kicau burung gereja dan harum tanah basah ini semua hanya mimpi yang menghampiri tatkala tubuh rasa penat di malam hari yang gelap? Hingga tak ada sesuatu pun yang mampu dilakukannya?
Sissy adalah seorang gadis yang penuh dengan rasa penasaran tentang dunia, lingkungan sekitar, dan juga tentang dirinya sendiri. Melanjutkan sekolah di sebuah SMA swasta, dia berkenalan dengan teman-teman yang akhirnya menjadi sahabat sejatinya. Bersama, mereka berpetualang dalam mengungkap misteri yang terjadi di Desa Serayu, desa di mana Sissy menghabiskan masa kecilnya.
Ingin tahu kelanjutannya? Dapatkan buku ini melalui inbox akun facebook Melia Shena atau melalui BBM pin 5BA53311.
Sinopsis Buku: Misteri Liontin Giok
Arman dan kawan-kawan menemukan sebuah liontin giok yang indah di tepi jalan setapak belakang sekolah. Pada liontin itu tertulis huruf L yang mereka yakini sebagai inisial seseorang.
Mereka berlima mencoba mencari tahu jawabannya dengan mengunjungi rumah seorang pandai besi di ujung desa dan bermaksud mengembalikan liontin tersebut. Namun yang mereka temui di rumah itu bukanlah Pak Darma.
Lantas, ke manakah Pak Darma pergi? Siapa sebenarnya orang yang tinggal di rumah besar itu? Tania, Aida, Arman, Johan dan Felix pun terlibat petualangan seru, menemukan pemilik sebenarnya dari liontin tersebut dan mengembalikannya ke tangan yang berhak.
Baca kisah selengkapnya di buku ini. Selain petualangan, kalian juga akan menemukan banyak fakta unik tentang penyakit demam berdarah, cara pencegahan dan pengobatannya.
Mereka berlima mencoba mencari tahu jawabannya dengan mengunjungi rumah seorang pandai besi di ujung desa dan bermaksud mengembalikan liontin tersebut. Namun yang mereka temui di rumah itu bukanlah Pak Darma.
Lantas, ke manakah Pak Darma pergi? Siapa sebenarnya orang yang tinggal di rumah besar itu? Tania, Aida, Arman, Johan dan Felix pun terlibat petualangan seru, menemukan pemilik sebenarnya dari liontin tersebut dan mengembalikannya ke tangan yang berhak.
Baca kisah selengkapnya di buku ini. Selain petualangan, kalian juga akan menemukan banyak fakta unik tentang penyakit demam berdarah, cara pencegahan dan pengobatannya.
Kisah Humor : Walinya Wali Murid
Rabu pagi yang dingin tak menyurutkan langkahku untuk berangkat ke sekolah. Hari itu akan ada rapat kenaikan kelas yang dihadiri oleh orangtua dan wali murid. Bapak kepala sekolah memberiku tugas sebagai penerima tamu sekaligus membantu mengisi daftar hadir.
Pukul 07.30, beberapa orang mulai berdatangan. Secara bergiliran, mereka mengisi daftar hadir sebelum masuk aula. Adakalanya aku membantu beberapa orang yang masih bingung cara mengisi daftar hadir tersebut.
Menjelang siang, semakin banyak tamu yang datang. Antrian mengisi daftar hadir pun semakin panjang. Aku yang baru pertama kali itu menjadi penerima tamu sedikit kewalahan juga hingga harus membantu menuliskan nama orangtua atau wali murid agar orang-orang yang sudah antri di belakang tidak menunggu terlalu lama.
Tiba giliran seorang wanita paruh baya maju ke hadapanku. Aku menanyakan beberapa hal kepadanya agar dapat mengisi daftar hadir dengan benar.
“Nama Ibu siapa? Nama anaknya siapa?”
“Namaku Surti. Aku wali muridnya Suyono,” jawabnya.
Kucari-cari nama Suyono dalam daftar tersebut, namun hasilnya nihil.
“Maaf, Bu. Tidak ada nama Suyono di kelas empat. Nama lengkapnya siapa?”
“Namanya hanya Suyono saja. Aku wali muridnya Suyono,” jawabnya bersikeras, membuatku berkeringat dingin. Antrian semakin panjang, dan aku pun semakin panik.
“Apa benar Suyono anak Ibu kelas empat? Atau mungkin sekarang sudah kelas lima?” tanyaku penuh selidik.
“Lho, anakku Suyono itu sudah bekerja sekarang!” serunya lagi.
“Sudah bekerja? Lha terus, yang sekolah di sini siapa, Bu?” tanyaku lagi.
Jawabannya sungguh di luar dugaanku.
“Aku wali muridnya Suyono. Yang sekolah di sini anaknya Suyono. Namanya Rudi Pratama.” Sontak orang-orang di belakangnya tertawa geli sekaligus gemas.
“Oalaahh... Yang sekolah di sini cucunya ya, Mbah?” seru beberapa orang. Aku pun ikutan tergelak mendengarnya. Siapa sangka, ternyata masih banyak orang yang belum mengerti arti dari wali murid.[]
Pukul 07.30, beberapa orang mulai berdatangan. Secara bergiliran, mereka mengisi daftar hadir sebelum masuk aula. Adakalanya aku membantu beberapa orang yang masih bingung cara mengisi daftar hadir tersebut.
Menjelang siang, semakin banyak tamu yang datang. Antrian mengisi daftar hadir pun semakin panjang. Aku yang baru pertama kali itu menjadi penerima tamu sedikit kewalahan juga hingga harus membantu menuliskan nama orangtua atau wali murid agar orang-orang yang sudah antri di belakang tidak menunggu terlalu lama.
Tiba giliran seorang wanita paruh baya maju ke hadapanku. Aku menanyakan beberapa hal kepadanya agar dapat mengisi daftar hadir dengan benar.
“Nama Ibu siapa? Nama anaknya siapa?”
“Namaku Surti. Aku wali muridnya Suyono,” jawabnya.
Kucari-cari nama Suyono dalam daftar tersebut, namun hasilnya nihil.
“Maaf, Bu. Tidak ada nama Suyono di kelas empat. Nama lengkapnya siapa?”
“Namanya hanya Suyono saja. Aku wali muridnya Suyono,” jawabnya bersikeras, membuatku berkeringat dingin. Antrian semakin panjang, dan aku pun semakin panik.
“Apa benar Suyono anak Ibu kelas empat? Atau mungkin sekarang sudah kelas lima?” tanyaku penuh selidik.
“Lho, anakku Suyono itu sudah bekerja sekarang!” serunya lagi.
“Sudah bekerja? Lha terus, yang sekolah di sini siapa, Bu?” tanyaku lagi.
Jawabannya sungguh di luar dugaanku.
“Aku wali muridnya Suyono. Yang sekolah di sini anaknya Suyono. Namanya Rudi Pratama.” Sontak orang-orang di belakangnya tertawa geli sekaligus gemas.
“Oalaahh... Yang sekolah di sini cucunya ya, Mbah?” seru beberapa orang. Aku pun ikutan tergelak mendengarnya. Siapa sangka, ternyata masih banyak orang yang belum mengerti arti dari wali murid.[]
Langganan:
Postingan (Atom)